Kamis, 12 Januari 2012

Basahi Bibir dengan Zikir


Zikir itu bukan hanya sampai sebatas mengingat atau menyebut nama Allah. Melainkan berbuah menjadi sebuah bentuk kecintaan seorang hamba yang dengan berzikir itu akan terhindarlah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. Bagi para perindu cinta Ilahi, zikir adalah bentuk motivasi akbar yang akan selalu mengingatkan dirinya bahwa ia tidak sendirian. Ia dilihat dan merasa selalu bersama Allah di mana pun mereka berada (ma'iyatullah).

Zikir mengingatkan kedekatan dirinya dengan Dia. Ke mana pun mereka melayangkan pandangannya, hanya tampak wajah Ilahi semata-mata (QS Al-Baqarah [2]: 115, Qaf [50]: 16). Di mana pun dalam keadaan apa pun, seorang hamba yang merindu Ilahi senantiasa merasakan kehadiran dirinya di hadapan Allah. Ia merasakan ada kamera Ilahiah yang terus menerus merekam keadaan dirinya. Mereka selalu  ingin mengingat-Nya karena Allah berfirman : "Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu." (QS Al-Baqarah [2]: 152).

Kebahagiaan apa yang paling puncak, kecuali Allah mengingat diri kita. Kesengsaraan seperti apa yang paling hina nelangsa,  kecuali Allah melupakan hamba-Nya. Maka, seorang hamba yang merintih agar dirinya diingat Allah tentu ketika berzikir ia akan menangis dan kemudian tetesan air matanya berubah menjadi bentuk uluran tangan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok manusia pembawa rahmat.

Dalam zikirnya, ia menyebut dan mengagungkan asma-asma Allah, kemudian mereka mewujudkan setiap ucapannya itu menjadi butiran akhlak yang menerangi kehidupan bagaikan lentera yang berbinar-binar (as-sirajam muniran).

Betapa Allah memuliakan orang-orang yang berzikir. Bahkan Allah menyebut kata sifatnya yaitu "Akbar" untuk memberikan balasan kepada orang-orang yang berzikir kepada-Nya, waladzikrullahi akbar. (QS Al-Ankabut [29]: 45). Pantaslah Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dengan mereka yang tidak berzikir kepada Tuhannya, seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR Bukhari, Muslim, Baihaqi, dari Abu Musa RA).

Dalam pandangan Ilahi, seseorang disebut hidup manakala bibirnya tak pernah kering dari menyebut nama Allah. Kesadaran ini melahirkan keberpihakannya hanya kepada Allah. Zikir menumbuhkan sikap bahwa tidak ada yang ia cintai kecuali Allah (laa mahbuba illallah), tidak ada yang ia layani kecuali karena Allah (laa ma'buda ilallah), tidak ada yang ia cari dalam hidupnya kecuali ridha Allah (laa mathluba illallah), tidak ada yang ia tuju kecuali wajah Allah (laa maqshuda illallah).

Pantaslah untuk orang-orang seperti itu, Allah menyampaikan  shalawat atau limpahan rahmat  kemuliaan-Nya, bahkan para malaikat-Nya yang memohon agar mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju terang cahaya. Dan kelak orang- orang yang senantiasa berzikir itu akan mendapatkan ucapan "salam" di surga. (QS Al-Ahzab [33]: 43-44). Wallahu a'lamu bis-shawab.


Oleh Ustaz Toto Tasmara



Sabtu, 31 Desember 2011 pukul 08:33:00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar