Minggu, 13 November 2011

wanita

Wahai Wanita....
Engkaulah peran utama
Dibelakang para tokoh

Para aulia, Para Ulama
Para Syuhada, Para Sultan
Dan Raja, bahkan para Anbiya.A.S.

Dalam pangkuan Engkaulah mereka tumbuh....
Hilanglah keindahan taman
ketika bunga yang indah tiada di dalamnya.....

Hilanglah keindahan ramah
ketika wanita yang shalehah
tiada di dalamnya.....
 

Rabu, 02 November 2011

MASYARAKAT INFORMASI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN

I. Pendahuluan
Profesi pustakawan mulai tumbuh pada akhir abad ke 19. Dalam sejarah perkembangannya profesi ini mendapat kritikan tajam dari para sosiolog yang meneliti masalah profesi. Sejumlah sosiolog meragukan pustakawan sebagai profesi. Bahkan ada yang berpendapat bahwa pustakawan tidak akan menjadi profesi penuh.Kini profesi pustakawan telah diakui sebagai profesi penuh. Lebih dari itu, profesi ini telah berkembang dengan pesat seperti profesi lain. Ledakan informasi yang terjadi pertengahan kedua abad ke 20, telah merubah stereotip pustakawan dari "book custodian" menjadi "information Specialist" yang diperlukan oleh setiap bidang kehidupan umat manusia. Akan tetapi, pustakawan masih bersifat pegawai suatu organisasi atau lembaga, belum dapat menjanjikan layanan secara mandiri, seperti dokter, atau pengacara.
Di Indonesia, profesi pustakawan masih sering dilihat sebelah mata oleh sebagian masyarakat kita, bahkan oleh kalangan terpelajar sekalipun. Masyarakat belum banyak memerlukan jasa layanan perpustakaan yang ditawarkan pustakawan. Bahkan ada yang belum mengetahui eksistensi profesi pustakawan.  Tampaknya profesi ini masih sering dianggap lebih rendah dari profesi-profesi lain. Selain masyarakat yang belum mengetahui eksistensi pustakawan, kadang kitapun masih menemukan pustakawan yang enggan atau malu mengakui dirinya sebagai pustakawan.
Menjadi seorang yang profesional bukanlah sesuatu yang mudah. Kita dilahirkan tidak dengan menyandang predikat profesional. Oleh karena itu kita semua ingin sukses dalam berkarier atau bekerja. Kita perlu ketekunan dan terus-menerus bekerja keras untuk dapat berhasil atau sukses dalam bekerja.
Untuk mengembangkan layanan perpustakaan dituntut adanya sikap profesional dari petugas perpustakaan atau pustakawan. Tanpa sikap profesional bagaimanapun modern, lengkap dan canggihnya perpustakaan tersebut akan kurang berarti. Sehingga perlu dikembangkan dengan baik upaya-upaya peningkatan profesionalitas pustakawan dalam rangka peningkatan layanan perpustakaan.
Untuk itu seorang pustakawan harus menguasai informasi. Dengan informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Dan dengan informasi pula orang dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hidupnya. Revolusi industri ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat di bidang Iptek. Dan dengan teknologi manusia menciptakan sarana informasi yang sifatnya elektronis, seperti radio, televisi, film, video, penerbitan, dan teknologi informasi yang lain. Setelah lewat masa perkembangan era industri kemudian berkembang era pasca industri. Era pasca industri inilah yang dikenal dengan era informasi, atau era globlisasi informasi, yang ditandai dengan makin berperannya informasi di hampir semua sektor kehidupan masyarakat.
 Pustakawan harus  sudah mengerti bagaimana cara mengatasi ledakan informasi yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi. Pustakawan
juga harus mampu untuk menjadikan informasi itu mudah untuk diakses, termasuk
di dalamnya, menyediakan tempat akses untuk informasi ini, konsultasi
kebutuhan dan peminjaman material. Yang paling menantang adalah bagian
bagaimana pustakawan mulai memberanikan diri untuk memberikan fasilitas terbuka
untuk mengakses informasi dari informasi mulai yang harus dilanggan dan yang standar.
Sekarang ini banyak orang berbicara tentang globalisasi informasi ataupun ciri-ciri masyarakat informasi, baik dalam bentuk seminar atau diskusi yang membahas masalah ini. Globalisasi ini menunjukan pada pengertian pembauran atau kesamaan dalam hampir segala aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang Iptek, ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
II. Masyarakat Informasi
  1. Pengertian Masyarakat Informasi
Information society atau masyarakat Informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru (new information and communication technologies(ICT's) (http://students.ukdw.ac.id/~22033132/komputer%20masyarakat/contoh.html).
 Secara umum, masyarakat informasi mengacu pada suatu masyarakat dimana produksi, distribusi, dan pengolahan informasi merupakan aktifitas utamanya (Anonimus, 2006). Masyarakat ini menekankan pentingnya peran teknologi informasi dan komunikasi (ICT) serta akses dibawah pengaruh ekonomi, politik, dan lingkungan social (Geldof, 2005).
Dalam masyarakat informasi orang akan mendapatkan keuntungan yang penuh dari teknologi baru dalam segala aspek kehidupan:Di tempat kerja, di rumah dan tempat bermain. Contoh dari ICT's adalah: ATM untuk penarikan tunai dan pelayan perbankan lainnya, telepon genggam(handphone), teletext television, faxes dan pelayan informasi seperti juga internet, e-mail, mailinglist, serta komunitas maya (virtual community) lainnya.
Pengertian lain dari information society atau masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat dimana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama. Jadi dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi adalah inti dari kegiatan.
Teknologi baru ini memiliki implikasi untuk segala aspek dari masyarakat dan ekonomi kita, teknologi mengubah cara kita melakukan bisnis, bagaimana kita belajar, bagaimana kita menggunakan waktu luang kita.
Ini juga berarti tantangan yang penting bagi pemerintah:

·       Hukum kita perlu diperbaharui dalam hal untuk mendukung transaksi elektronik.
·       Masyarakat kita perlu untuk dididik mengenai teknologi yang baru.
·       Bisnis harus online jika mereka ingin menjadi sukses.
·       Pelayanan pemerintah harus tersedia secara elektronik.

  1. Mengapa Masyarakat Informasi sangat penting?
Masyarakat Informasi menghadapkan kita pada tantangan-tantangan baru dan kesempatan perkembangan-perkembangan menuju seluruh area dari masyarakat. Dampak dari teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi sebuah definisi sementara yang kuat, dan ini menstransformasi aktivitas ekonomi dan sosial. Kunci yang penting dari jaringan teknologi dalam masyarakat informasi adalah teknologi membantu kita untuk membuat koneksi-koneksi baru. Koneksi-koneksi dimana tantangan tradisional menerima apa yang mungkin, dan ketika hal tersebut menjadi mungkin.
Contoh dari Masyarakat Informasi
  Mailing List
  Chatting
  Friendster

Mailing List,seperti halnya newsgroup, mailing list atau milis juga merupakan sarana untuk bertukar informasi melalui media intenet. Hanya saja mailing list menggunkan media E-mail untuk melakukan penyampaian informasi. Apabila anda tergabung dalam sebuah mailing list, maka apabila anda mengirimkan sebuah E-mail, maka seluruh peserta mailing list tersebut akan menerima email anda. Untuk berpartisipaasi dalam mailing list ini, anda harus mendaftarkan nama dan E-mail anda terlebih dahulu. Mailing List, sebuah sarana diskusi maupun penyebaran informasi yang saat ini amat banyak didunia maya. Jika kita tergabung dengan sebuah mailing list, kita seakan ikut duduk dalam sebuah forum, apabila ada salah satu yang berbicara maka semua anggota pada forum tersebut dapat memberi komentar dari argumen yang telah dilontarkan. Namun jika kita hanya ingin mendengar saja tanpa ingin memberi komentar balik, itupun tidak menjadi masalah. Bahkan kita bisa pergi kapan saja dari forum tersebut jika kita bosan dengan forum tersebut.
Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang pengguna cukup mengirimkan E-mail ke satu alamat E-mail untuk kemudian di sebarkan ke semua member mailing list yang tergabung / berlangganan ke alamat E-mail tersebut. Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan melalui E-mail ke mailing list tempat berkumpul para hackers, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-dua orang hackers mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi dari masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat (mungkin diperlukan beberapa jam). Mailing list beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita banyangkan bersama apa yang terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti.
Perkembangan masyarakat informasi telah menjadi bagian penting bagi perpustakaan dan pustakawan  di dalam pengembangan jaringan informasi global, dimana pengetahuan berbasis pada inovasi yang menjadi kunci sumber kemajuan dan pengembangan layanan perpustakaan.
Sebagai seorang pustakawan harus bersifat interaktif dan proaktif dalam mengikuti tantangan globalisasi, sebagai seorang yg professional yang memiliki skill yang tinggi , harus memiliki pengetahuan dan informasi dengan menguasai data transmisi dan computer.
Selain itu ICT sebagai sarana pembangunan ekonomi dan sosial, dan memenuhi sasaran pembangunan Information and communication technologies (ICT) adalah penting untuk terwujudnya lingkungan perpustakaan yang  berpengetahuan dan oleh karenanya memainkan peran yang penting dalam mempromosikan perpustakaan.
Inovasi teknologi dapat menyokong secara nyata untuk memberikan akses yang lebih baik kepada perpustakaan, informasi dan pengetahuan, sebagaimana juga menawarkan variasi sarana yang lebih luas dimana masyarakat dapat berkomunikasi, sehingga mendukung promosi pemahaman yang luas dan peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan.

III. Profesional Pustakawan
  1. Pengertian Profesi dan profesionalisme
Menurut Abraham Flexner, seperti yang dikutip oleh Kleingartner (1967), suatu profesi paling tidak harus memenuhi 6 persyaratan, sebagai berikut : (1) profesi itu merupakan pekerjaan intelektual. Maksudnya menggunakan intelegensi yang bebas yang diterapkan pada problem dengan tujuan untuk memahami dan menguasainya. (2) profesi merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari sains. (3) Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu – teori – akademik tetapi dapat diterapkan dan dipraktekkan. (4) Profesi terorganisir secara sistematis. (5) Ada standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolok ukur hasilnya. (6) profesi merupakan pekerjaan altruisme yang berorientasi pada masyarakat yang dilayaninya bukan kepada diri profesional.
Profesi merupakan jenis pekerjaan tetap dan penuh. Artinya profesi merupakan pekerjaan yang layanannya diperlukan oleh masyarakat atau menyelesaikan masalah yang mereka hadapi atau memenuhi kebutuhan mereka secara terus menerus. Tanpa layanan tersebut anggota masyarakat akan terganggu kehidupannya. Orang yang melaksanakan profesinya dengan mengikuti norma dan standar profesi disebut sebagai profesional.

Menurut Zulfikar (Zulfikar:2009) ada 13  ciri profesi yaitu:
1.        Mempunyai bidann pekerjaan tertentu, tidak sama dengan profesi lain
2.        Bersifat pengabdian kepada masyarakat
3.        Membutuhkan persyaratan dasar tertentu
4.        Mempunyai ketrampilan khusus
5.        Mempunyai organisasi profesi
6.        Mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku, diatur dengan kode etik
7.        Mempunyai dewan kehormatan
8.        Memiliki pekerjaan bersifat intelektual, saintifik, dan praktikal
9.        Memiliki standar yang bauku dalam bekerja
10.    Layanan berorientasi pada msyarakat untuk kesejahteraan umum, tidak berorientasi keuntungan
11.    Memiliki dedikasi bagi peningkatan profesi dan mendidik anggotanya
12.    Memiliki hak otonomi dalam bekerja
13.    Memiliki izin atau lisensi dalam berpraktek.

Menurut Abraham Flexner yang dikutip Wirawan (1993) profesi paling tidak harus memenuhi 5 persyaratan sbb:
(1)      Profesi itu merupakan pekerjaan intelektual, maksudnya menggunakan intelegensia yang bebas yang diterapkan pada problem dengan tujuan untuk memahaminyadan menguasainya;
(2)      Profesi merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari sains;
(3)      Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu teori akademik tetapi dapat diterapkan dan dipraktekkan
(4)      Profesi terorganisasi secara sistematis. Ada standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolok ukur hasilnya;
(5)      Profesi-profesi merupakan pekerjaan altruisme yang berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya bukan kepada diri profesionalisme.

 Sedangkan profesionalisme menunjukkan ide, aliran, isme yang bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada norma-norma, standar dan kode etik serta memberikan layanan terbaik kepada klien.
Dari uraian di atas jelas, bahwa pustakawan adalah sebuah profesi. Dan bagaimana dengan tantangan ke depan?
Mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui tentang profesi pustakawan. Bagi dunia keprofesian mungkin profesi pustakawan merupakan profesi yang tidak menarik, dibandingkan dengan profesi dokter, profesi akuntan, profesi pengacara dan profesi yang lainnya. bahkan seorang pustakawan mungkin kalau menyarankan anaknya untuk nantinya supaya dapat menjadi seorang dokter, arsitek, ataupun yang lainnya karena pustakawannya sendiri menganggap profesi pustakawan merupakan profesi yang tidak prestise.

  1. Pustakawan sebagai profesi
Menghadapi tantangan dan perkembangan teknologi di era global,dan menyatu dalam masyarakat informasi  maka pustakawan harus menghadapi kenyataan tersebut. Supaya berhasil mengatasinya, pustakawan sebagai profesi harus memiliki beberapa ketrampilan, antara lain:
1.     Adaptability.
Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang. Mereka tidak selayaknya mempertahankan paradigma lama yang sudah bergeser nilainya. Pustakawan sebaiknya adaptif memanfaatkan teknologi informasi. Feret dan Marcinek (1999) menyatakan bahwa pustakawan  harus berjalan seirama dengan perubahan teknologi yang terus bergerak maju dan pustakawan harus mampu beradaptasi sebagai pencari dan pemberi informasi dalam bentuk apapun. Pustakawan dalam memberikan informasi tidak lagi bersumber pada buku teks dan jurnal yang ada di rak, tetapi dengan memanfaatkan Internet untuk mendapatkan informasi yang segar bagi penggunanya. Erlendsdottir (1997) menyatakan kita bukan lagi “penjaga” buku. Kita adalah information provider di situasi yang terus berubah dan dimana kebutuhan informasi dilakukan dengan cepat dan efektif. Sekarang misi kita adalah mempromosikan jasa-jasa untuk informasi yang terus membludak. Dan bahkan jika kita tidak berubah, teknologi informasi akan mengubah tugas kita.
2.   People skills (soft skills)
Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunannya. Agar dalam berkomunikasi dapat lebih impresif dengan dasar win-win solution maka perlu people skills yang handal. Menurut Abernathy dkk.(1999) : …perkembangan teknologi akan lebih pervasive tetapi kemampuan tentang komputer saja tidaklah cukup untuk mencapai sukses. Karena itu membutuhkan people skills yang kuat yaitu :
a.      pemecahan masalah (kreatifitas, pencair konflik)
b.      Etika (diplomasi, jujur, profesional)
c.      Terbuka (fleksibel, terbuka untuk wawasan bisnis, berpikir positif)
d.      “Perayu” (ketrampilan komunikasi dan mendengarkan atentif)
e.      Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai kemampuan   memotivasi)
 f.    Berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan). Hal ini didukung oleh Feret dan Marcinek (1999), yang mengatakan bahwa pustakawan masa depan harus sudah siap untuk mengikuti pembelajaran seumur hidup. Hal ini penting agar pustakawan mudah beradaptasi.
People skills ini dapat dikembangkan dengan membaca, mendengarkan kaset-kaset positif, berkenalan dengan orang positif, bergabung dengan organisasi positif lain dan kemudian diaplikasikan dalam aktivitasnya sehari-hari.
3.   Berpikir positif
Didalam otak kita terdapat mesin “yes” . Ketika kita dihadapkan sesuatu pekerjaan yang cukup besar, maka umumnya kita berkata : Wah….. tidak mungkin; aduh….. sulit, dsb. Maka apa yang kita laksanakan juga tidak mungkin terjadi . Pesimistis . Dan pesimistis bukan sifat pemenang tapi pecundang. Pustakawan diharapkan menjadi orang di atas rata-rata. Sebagai pemenang yang selalu berpikiran positif, sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan besar seharusnya berkata “yes” kami bisa. Remember, you are what you think, you feel what you want. Orang Jawa berkata mandi ucape dewe
4.   Personal Added Value
Pustakawan tidak lagi lihai dalam mengatalog, mengindeks, mengadakan bahan pustaka dan pekerjaan rutin lainnya, tetapi di era global ini pustakawan harus mempunyai nilai tambahnya. Misalnya piawai sebagai navigator unggul. Dengan nilai tambah, yang berkembang dari pengalaman , training dsb, pustakawan dapat mencarikan informasi di Internet serinci mungkin. Hal ini sudah barang tentu akan memuaskan pengguna perpustakaan. Kepuasan pengguna itu sangat mahal  bagi dirinya maupun bagi perpustakaan dimana ia bekerja.
5.   Berwawasan Enterpreneurship
Sudah waktunya bagi pustakawan untuk berpikir kewirausahaan. Informasi adalah kekuatan. Informasi adalah mahal, maka seyogyanya pustakawan harus sudah mulai berwawasan enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya nanti dapat bertahan. Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara perlahan harus menjadi income generation unit. Memang sudah ada pustakawan yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya. Paradigma lama bahwa Perpustakaan hanya pemberi jasa yang notabene tidak ada uang harus segera ditinggalkan.
6.   Team Work - Sinergi
Di dalam era global yang ditandai dengan ampuhnya Internet dan membludaknya informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja sendiri. Mereka harus membentuk team kerja untuk bekerjasama mengelola informasi. Choo yang dikutip Astroza dan Sequeira (2000) mengatakan bahwa perubahan teknologi menawarkan kesempatan unik untuk bekerjasama lintas disiplin dengan profesional lainnya :
-       pakar komputer yang bertanggung jawab pada pusat komputer
-       pakar teknologi yang bertanggung jawab pada infrastruktur teknologi,   jaringan dan aplikasi
-       pakar informasi (pustakawan) yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisasi pengetahuan dalam sistem dan struktur yang memfalisitasi penggunaan sumber informasi dan pengetahuan.
Diharapkan dengan team work, tekanan di era industri informasi dapat dipecahkan. Menurut Astroza dan Sequeira (2000) perubahan teknologi dan perkembangan industri informasi berdampak luas pada profesional informasi : pustakawan, arsiparis, penerbit. Profesi ini menghadapi 2 tekanan komplementer, yaitu :
1.   Perkembangan jumlah informasi dan tersedianya teknologi baru, memungkinkan untuk akses dan memproses informasi lebih besar dari lima tahun yang lalu.
2.   Harapan pengguna yang terus meningkat dapat menciptakan kebutuhan jasa informasi yang kualitasnya lebih canggih (http://imamblora.wordpress.com/2008/04/11/berita-untuk-pustakawan)

IV. Masyarakat Informasi dan Profesionalisme Pustakawan
Masyarakat informasi dikenali sebagai suatu masyarakat yang kompleks dan saling terhubung dengan baik: segalanya terlihat saling terhubung dengan sesuatu yang lain. Hal ini dicirikan dengan besarnya peningkatan dalam ketersediaan informasi, pemanfaatan waktu maupun ruang, dan meningkatnya kekacauan dan ketidakpastian,lalu bagaimana dengan profesonalisme pustakawan, hal ini merupakan tantangan bagi pustakawan untuk meningkatkan profesionalisme dalam mengatasi ledakan arus informasi global. Pustakawan harus bisa memfilter informasi mana yang sesuai dan layak untuk disajikan kepada masyarakat pengguna perpustakaan.
 Pustakawan sebagai  seorang yang  berbaur dalam masyarakat informasi ,harus berupaya meningkatkan aspek profesionalisme dengan cara memberikan pelayanan seoptimal mungkin, dengan meningkatkan citra dirinya sebagai pustakawan dan harus berani mengubah pola perilaku di dalam memberikan pelayanan di bidang keahliannya.
Synder(1972) merekomendasikan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh pustakawan sebagai usaha pengembangan diri :
a.        Involvement in professional organizations
b.       Familiarity with current library literature
c.        Publication
d.       Part-time teaching in a library school
e.        Research
f.        Continuing education
g.       Bi-annual self assesment
Aktivitas-aktivitas tersebut diatas pada intinya ditujukan untuk peningkatan diri yang merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan sebagai usaha memperluas wawasan baik pengetahuan, kemampuan maupun keahlian. Selain itu juga mendapatkan adanya kedewasaan psikologis yaitu kesiapan mental dalam menjalankan tugas. Melalui saling bertukar pengetahuan dan pengalaman antar sesama anggota atau dengan pakar-pakar pada bidang kajian tertentu melalui acara-acara yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut, baik non-formal maupun formal seperti seminar, lokakarya, dll.
Profesioanalisme Pustakawan yang didukung oleh industri informasi harus  sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan pemakai,yang tercermin dalam pelayanan perpustakaan yang cepat, tepat dan akurat.
V. Penutup
Menjadi  masyarakat informasi  telah menantang profesionalisme pustakawan. Tantangan tersebut bukanlah hal yang menakutkan, tetapi justru menjadi peluang emas bagi pustakawan untuk bergerak maju.Sebuah tantangan yang penting bagi pustakawan adalah meningkatkan pengetahuan dengan memanfaatkan Teknologi informasi dan mengaplikasikannya pada perpustakaan untuk meningkatkan pelayanan perpustakaan.

MANAJEMEN KOLEKSI (COLLECTION MANAGEMENT) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

A.      PENDAHULUAN
Setiap perpustakaan tentunya mempunyai visi yang berbeda, namun dapat dipastikan bahwa perpustakaan itu dikatakan berhasil bila banyak digunakan oleh komunitasnya. Salah satu aspek penting untuk membuat perpustakaan itu banyak digunakan adalah ketersediaan koleksi yang memenuhi kebutuhan penggunanya. Oleh karena itu tugas utama setiap perpustakaan adalah membangun koleksi yang kuat demi kepentingan pengguna perpustakaan. Pustakawan yang diberi tugas di bidang pengembangan koleksi, harus tahu betul apa tujuan perpustakaan tempat mereka bekerja dan siapa penggunanya, serta apa kebutuhannya.Perpustakaan Perguruan Tinggi  diharapkan sebagai media pendidikan, rekreasi, penelitian, pemanfaatan teknologi informasi dan sumber informasi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai unsur penunjang Perguruan Tinggi merupakan sumber belajar para civitas akademika, oleh karena itu koleksi yang tersedia hendaknya koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi .
Kebijakan pengembangan   koleksi  merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam perpustakaan. Pengadaan koleksi yang lazim dilakukan sebelum era digital menitik beratkan pada “perkembangan koleksi” atau ”collection development”, tapi pada era digital pengadaan koleksi lebih kearah “manajemen koleksi” atau ”collection anagement”.Pengembangan kolek meliputi seleksi dan pengadaan bahan-bahan pustaka berdasarkan kebutuhan pengguna saat ini dan dimasa mendatang. Tetapi manajemen koleksi, lebih dari sekedar membangun atau meningkatkan jumlah koleksi saja. Manajemen koleksi juga mengatur penggunaan koleksi, cara penyimpanan, cara mengorganisasi dan membuatnya mudah diakses oleh pengguna. Manajemen koleksi  yang meliputi  kebijakan pengembangan koleksi, seleksi, pengadaan, penyiangan, dan evaluasi pendayagunaan sumber-sumber informasi yang dapat mencerminkan koleksi yang sesuai dengan bidang dan minat masyarakat pengguna.
Dalam makalah ini penulis mencoba membahas, kebijakan pengembangan koleksi ,metode dan kriteria seleksi, alat-alat bantu seleksi baik yang konvensional maupun berbasis internet, prosedur dan strategi pengadaan, metode serta kriteria penyusutan koleksi, teknik-teknik evaluasi koleksi, kebebasan intelektual, dan preservasi koleksi.


B. PENGERTIAN
Manajemen berasal dari kata  kerja  to manage (bahasa Inggris)  artinya mengelola, memimpin, mengurus. Manajemen mempunyai pengertian yang berbeda-beda namun secara umum manajemen adalah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara pemikiran yang ilmiah maupun praktis dengan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya,menurut suatu perencanaan (planning) diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu dengan cara yang setepat-tepatnya.
Manajemen yang berhubungan dengan perpustakaan berarti segala kegiatan perpustakaan yang diatur dengan menggunakan perencanaan matang untuk mendukung dan mencapai tujuan bersama yang sudah digambarkan dalam visi dan misi perpustakaan. Perpustakaan secara umum mempunyai aktivitas yang komplek mulai dari pengaadaan koleksi, pengolahan koleksi dan penyebaran informasi,yang masing-masing aktivitas ini harus di atur secara detail dan jelas, hal ini untuk memudahkan koordinasi penyebaran informasi kepada pengguna.
Koleksi merupakan kumpulan buku-buku atau bahan-bahan lainnya yang dihimpun oleh seseorang atau lembaga.
 “Manajemen Koleksi” adalah istilah yang digunakan untuk menggantikan Pengembangan Koleksi.Istilah ini  dipakai untuk menggantikan istilah pekembangan koleksi di era digital.
Manajemen Koleksi adalah pengorganisasian dan pembinaan yang mencakup prinsip-prinsip pengembangan koleksi, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan para pengguna sebagai tujuan utama, mengusahakan cara alternatif pemerolehan dokumen dan informasi guna melengkapi koleksi yang telah ada ( Ray.Harrod’s Prytherch, (1995) Librarian Glossary : 146)
Manajemen Koleksi melibatkan serangkaian proses – yang menjadi lebih efisien dengan adanya teknologi komputer dan komunikasi – yang menghimpun informasi, mengkoordinasikan komunikasi, menyusun kebijakan, evaluasi dan perencanaan
Pengembangan koleksi adalah suatu istilah yang digunakan secara luas di dunia perpustakaan untuk menyatakan bahan koleksi apa saja yang harus diadakan di perpustakaan. Sebelumnya muncul istilah seleksi buku, buku dalam pengertian yang lebih luas yang mencakup monografi, majalah, bahan mikro dan jenis bahan pustaka lainnya.
Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983) pengembangan koleksi merupakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan koordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan koleksi perpustakaan.        
Sedangkan menurut Prof DR Sulistyo Basuki pengertian pengembangan koleksi lebih ditekankan pada pemilihan buku. Pemilihan buku artinya memilih buku untuk perpustakaan. Pemilihan buku berarti juga proses menolak buku tertentu untuk perpustakaan. Selanjutnya pengertian pengembangan koleksi mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan bidang kepustakawanan. Pengembangan koleksi, seleksi dan pengadaan menjadi istilah-istilah yang saling melengkapi.
Pengembangan Koleksi adalah serangkaian proses atau kegiatan yang bertujuan mempertemukan pembaca/pengguna dengan sumber-sumber informasi dalam lingkungan perpustakaan atau unit informasi yang mencakup kegiatan penyusunan kebijakan pengembangan koleksi, pemilihan, pengadaan, pemeliharaan dan promosi, penyiangan, serta evaluasi pendayagunaan koleksi.(G. Edward Evans, Developing Library and Information Center Collections, 1995:17)
C.    KONSEP-KONSEP MANAJEMEN KOLEKSI
a.     Kebijakan pengembangan koleksi
Eward Evans  memberikan batasan istilah “collection development” sebagai suatu proses untuk mengetahui peta kekuatan dan kekurangan atau kelemahan koleksi perpustakaan, sehingga dengan demikian akan tercipta sebuah planning untuk memperbaiki peta kelemahan tadi dan mempertahankan kekuatan koleksi. Dia menambahkan bahwa, “collection developmet is a ‘written statement’ of that plan, providing details for guidance of the library staff”. Karena pengembangan koleksi merupakan statemen tertulis, maka tentunya harus berupa sebuah dokumen. Dokumen itu akan berisi rincian rencana kegiatan dan segala informasi yang digunakan oleh pustakawan sebagai dasar dalam berfikir dan menentukan kebijaksanaan saat mengembangkan koleksi perpustakaannya. Dokumen ini digunakan sebagai tempat untuk berkonsultasi saat pustakawan akan menentukan bidang-bidang koleksi apa yang akan dibeli dan berapa banyak untuk masing-masing bidang itu
Berdasarkan hasil penelitian, pustakawan akan dapat mengevaluasi ulang, merevisi atau menyusun kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan layanannya kepada pemakai. Salah satu kebijakan penting yang harus dimiliki oleh perpustakaan adalah kebijakan pengembangan koleksi.

Fungsi kebijakan pengembangan koleksi ini adalah:
1. Pedoman bagi selektor
2.Sarana komunikasi: memberitahu pemakai mengenai cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana pengembangannnya
3.Sarana perencanaan baik perencaan anggaran maupun pengembangan koleksi
4.Membantu menetapkan metode penilaian bahan
5.Membantu memilih metode pengadaan
6.Membantu menghadapi masalah sensor
7.Membantu perencaan kerjasama
8Membantu identifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi (evaluasi)
Isi kebijakan:
Dimulai dengan penjelasan singkat mengenai visi, misi perpustakaan dan sasaran yang ingin dicapai, deskripsi singkat tentang masyarakat yang dilayani dan koleksi yang telah ada. Dilanjutkan dengan:
1.Penjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pengelolaan perpustakaan dan siapa yang diberi wewenag untuk seleksi
2.Metode pemilihan, pengaturan anggaran, komposisi masyarakat yang dilayani dan prioritas (jika ada), dan informasi lain yang dianggap perlu, misalnya:
a. Pedoman dan kriteria seleksi
b.Daftar timbangan buku (review) atau tipe timbangan buku yang digunakan untuk seleksi.
3.Masalah-masalah khusus, mis: bahan yang tidak dikoleksi, jumlah eksemplar/judul, penjilidan, penggantian bahan yang hilang, dll.
4.Penjelasan mengenai komposisi koleksi yang akan dikembangkan, dibagi atas bidang subjek dan keterangan mengenai prioritas. Tiap bidang subjek disarankan dirinci sbb :
 a. tingkat kedalaman/kelengkapan
-  koleksi yang sudah ada
- penambahan yang sedang berjalan
-penambahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat  dan/atau program yang ada
a. Bahasa
b. Cakupan periode
c. Cakupan geografis
e.Format yang akan dibeli/tidak dibeli
f.Siapa yang bertanggungjawab atas seleksi
5. Bahan berbahasa asing
6.Jenis bahan perpustakaan berdasarkan format, definisi tiap jenis dan kategorinya, keterangan mana yang dibeli dan mana yang tidak, pentingnya bahan tersebut bagi koleksi atau pemakai
7. Penanganan hadiah
8.Pinjam antar perpustakaa, jaringan dan bentuk kerjasama lain yang berpengaruh pada pengembangnan koleksi
9. Kriteria dan cara penyiangan
10.Sikap perpustakaan terhadap sensor dan masalah lain yang berkaitan dengan     kebebasan intelektual (intellectual freedom)
Tujuan Pengembangan Koleksi
Dalam buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 30 ) menyatakan ”Tujuan pengembangan koleksi perpustakaan perlu dirumuskan dan sesuaikan dengan kondisi serta kenyataan yang ada di perguruan tinggi agar perpustakaan dapat secara berencana mengembangkan koleksinya. ”Sulistyo-Basuki (1992 : 14 ) menyatakan untuk menilai apakah bahan pustaka berkualitas atau tidak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 a)Membandingkan koleksi perpustakaan sesuai standar yang ditebitkan.
b)Membandingkan koleksi perpustakaan dengan koleksi perpustakaan sejenis terutama dengan perpustakaan sejenis yang besar.
c) Melakukan kajian berapa banyak koleksi yang digunakan.
d) Minat bantuan pakar untuk menila koleksi yang ada sesuai dengan bidang spesialis masing-masing.
Menurut Sulistyo Basuki petugas/personil dalam pengembangan koleksi perpustakaan haruslah orang yang menguasai subjek dan mengetahui buku serta kebutuhan pembaca. Untuk dapat menjadi pemilih buku yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Menguasai sarana bibliografis yang tersedia, paham akan dunia penerbitan khususnya mengenai penerbit, spesialisasi para penerbit, kelemahan mereka, standar, hasil terbitan yang ada selama ini.
2. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan, misalnya siapa saja yang menjadi anggota, kebiasaan membaca anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan, berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan.
3. Memahami kebutuhan pemakai
4. Hendaknya personil pemilihan buku bersikap netral, tidak bersikap mendua, menguasai informasi, dan memiliki akal sehat dalam pemilihan buku .
 5Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan
6.Mengetahui buku melalui proses membuka-buka buku ataupun melalui proses membaca.

  1. Seleksi
Tahapan seleksi bahan pustaka dilakukan untuk keberhasilan kegiatan pengembangan koleksi. Seleksi bahan pustaka merupakan langkah penting untuk menciptakan mutu koleksi yang memiliki kualitas.
Menurut Soedibyo (1998 : 301), menyatakan bahwa ”Book selection”adalah seleksi pemilihan atas buku-buku yang diambil serta diyakini akan berguna dan tempat bagi perpustakaan dimana kita bertugas.”
Seleksi bahan pustaka dilakukan dengan pemilihan bahan pustaka yang akan dilayani untuk pengguna dengan pemilihan bahan pustaka. Koleksi yang dilayanankan harus diseleksi apakah sesuai dengan pengguna. Ketetapan pemilihan koleksi ditentukan oleh beberapa prinsip penyeleksian bahan pustaka, antara lain :
1) Pemilihan bahan pustaka yang tepat untuk pengguna perpustakaan
2) Permintaan pengguna
3) Pemilihan bahan pustaka harus benar-benar dapat mengembangkan dan memperkaya pengetahuan pengguna.
4) Setiap bahan pustaka harus dibina berdasarkan rencana tertentu.
Selain alat bantu yang disebut di dalam kutipan di atas. Alat bantu lain yang juga dapat dijadikan acuan dalam seleksi adalah brosur buku dari penerbitan, resensi buku dan majalah, surat kabar, dan media lain. Tim seleksi (selector) tinggal melihat alat bantu mana yang sesuai dengan kebutuhan agar mekanisme kerja maksimal.
Menurut Siregar (1998 : 6) dalam melaksanakan seleksi bahan pustaka hendaknya memperhatikan pedoman dalam penentuan kebijakan pengembangan koleksi, antara lain :
a)    Relevansi (kesesuaian) Pemilihan dan pengadaan bahan pustaka terkait dengan kepuasan pengguna yang direlevansi dengan kebutuhan pengguna.
b)    Kelengkapan. Koleksi perpustakaan tidak hanya terdiri dari buku-buku teks saja tetapi juga menyangkut bidang ilmu lain yang berkaitan dengan bahan penelitian.
c) Kemuktahiran.  Perpustakaan harus selalu mengadakan pemburuan dalam koleksi, sehingga informasi yang disajikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh kemuktahiran koleksi tersebut dapat dilihat dari tahun terbit.
d) Kerjasama. Perlunya kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pengembangan koleksi berjalan dengan baik. Dalam kerjasama ini melibatkan beberapa pihak yang berkompeten agar koleksi yang disajikan dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
e) Alat bantu seleksi. Untuk memudahkan mengetahui informasi koleksi secara lengkap hendaknya pemilihan koleksi menggunakan alat bantu yang tepat. Setelah kebijakan pengembangan koleksi ditetapkan, perpustakaan dapat melakukan proses pemilihan. Proses pemilihan (siapa yang memilih dan bagaimana cara pemilihannya) sangat bergantung pada jenis perpustakaan,seleksi bukan hanya identifikasi bahan pustaka yang tepat/sesuai, tetapi juga memutuskan antara bahan pustaka yang mendasar (esensial), penting, dibutuhkan, tebal atau tipis, bagus, atau mewah
Kebijakan seleksi merupakan proses perencanaan dan pengambilan keputusan. pengembangan koleksi mengenai pedoman untuk memilih bahan pustaka yang akan ditambahkan pada koleksi.
.
  1. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, hadiah, atau tukar menukar. Keterlibatan pemakai sangat sedikit, bahkan tidak ada sama sekali.
Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan dumber-sumber informasi bagi perpustakaan yang baru dibentuk atau didirikan, kegiatan ini meliputi pekerjaan penentuan kriteria pembentukan koleksi awal. Untuk perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan pengadaan untuk menambah dan melengkapi koleksi yang sudah ada.

Untuk melakukan kegiatan pengadaan bahan pustaka maka perpustakaan dapat menetapkan metode dalam memperluas koleksi, baik dengan metode pembelian, pemesanan, hadiah, sumbangan,titipan, atau tukar-menukar.

a.     Pembelian
      Pengadaan bahan pustaka yang di peroleh melalui transaksi jual beli. Perpustakaan bisa membuat daftar pesanan bahan pustaka pada agen dan penerbit. Selain itu pustakawan juga dapat terjun langsung ke toko buku untuk melihat koleksi yang benar-benar dapat bermanfaat bagi pengguna.
b.     Hadiah
      Pengadaan bahan pustaka yang dapat menguntungkan bagi perpustakaan, karena perpustakaan tidak perlu mengeluarkan dana untuk memperoleh bahan pustaka. Sehingga perolehan bahan pustaka melalui hadiah dapat menghemat anggaran dana di suatu perpustakaan dalam penerimaan hadiah tim seleksi (selector) juga harus tanggap terhadap hadiah yang masuk menjadi koleksi perpustakaan. Hal tersebut sangat di perlukan karena mencegah hadiah yang informasinya sudah tidak muktahir untuk dijadikan koleksi perpustakaan biasanya di peroleh melalui :
•Promosi penerbit pada    perpustakaan
• Lembaga pendidikan
•Lembaga pemerintahan dan swasta
• Sumbangan luar negeri
• Hadiah perorangan
  c. Titipan.
Koleksi yang berasal dari perorangan atau lembaga yang menitipkan koleksinya pada perpustakaan. Perolehan koleksi terjadi tanpa terencena sehingga perlu seleksi yang benar terhadap koleksi. Perpustakaan harus memperhatikan koleksi yang dititipkan, jangan  sampai perpustakaan menambah biaya operasional perawatan koleksi karena kondisi yang telah usang.
d. Tukar-menukar
Pengadaan bahan pustaka ini dilakukan secara terencana karena biasanya pertukaran dilakukan adanya kerjasama antar perpustakaan. Pertukaran bahan pustaka dapat dilakukan apabilah perpustakaan memiliki jumlah eksemplar yamg terlalu banyak dan sejumlah koleksi yang tidak dapat diperlukan lagi tetapi dibutuhkan oleh perpustakaan lain. Proses tukar-menukar sangat jarang dilakukan bila dibandingkan dengan pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian, hadiah dan sumbangan.
e. Terbitan Berseri
Tidak semua dapat menerbitkan bahan pustaka sendiri. Jenis perpustakaan pendidikan seperti perpustakaan yang sering menerbitkan bahan pustaka sendiri. Perpustakaan tersebut mengumpulkan hasil karya mahasiswa seperti : skripsi, hasil penelitian, dan hasil karya lainnya.
f. Weeding
Weeding atau penyiangan adalah salah satu bagian yang penting dalam kegiatan perpustakaan apabila tidak menginginkan koleksinya hanya merupakan tumpukan materi yang pernah diterbitkan. Oleh karenanya, harus diadakan penyiangan yang regular, berkelanjutan dalam proses kegiatan perpustakaan. Untuk melaksanakan penyiagan, Carter (1974. p. 1969 )menyarankan kategori buku yang dianggap bisa disiang :
- duplikasi judul, buku ini terbeli karena banyaknya permintaan, dan sekarang tidak dimanfaatkan lagi
- edisi lama, di mana edisi yang baru telah ada dan perpustakaan tidak menginginkan nilai historisnya
- buku-buku yang telah rusak dan tidak mungkin untuk bisa dimanfaatkannya lagi
- buku-buku yang telah ketinggalan baik mengenai isi, bentuk maupun themanya
d.       Evaluasi
Evaluasi adalah komponen terakhir dalam proses pengembangan koleksi. Evaluasi bisa digunakan untuk pelbagai tujuan yang berbeda baik internal maupun eksternal perpustakaan. Agar evaluasi berjalan efektif, kebutuhan-kebutuhan masyarakat pengguna harus dipertimbangkan, yang pada akhirnya terkait dengan community analysis.
Evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi perpustakaan baik dari segi ketersediaan koleksi itu bagi pengguna maupun pemanfaatan koleksi itu oleh pengguna. Tujuan dari evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan tinggi menurut dokumen "Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi" (2005) adalah:
1. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi
2. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi
3. Mengikuti perubahan, perkembangan sosial budaya, ilmu dan teknologi
4. Meningkatkan nilai informasi
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi
6. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi.
Walaupun tujuan yang disebutkan di atas untuk perpustakaan perguruan tinggi, namun materi tersebut bisa digunakan untuk perpustakaan jenis yang lain. Ada banyak kriteria untuk penentuan nilai dari sebuah buku atau keseluruhan koleksi,  sebagai contoh: secara ekonomi, moral, keagamaan, estetika, intelektual, pendidikan, politis, dan sosial. Nilai sebuah benda atau koleksi berfluktuasi tergantung pada ukuran mana yang digunakan. Mengkombinasikan beberapa ukuran adalah efektif sepanjang ada kesepakatan menyangkut bobot relatifnya. Banyak faktor-faktor subjektif berlaku dalam proses evaluasi yang harus dilalui sebelum mulai melaksanakan proses tersebut. Satu keuntungan bila sudah ditentukan tujuan dan kriteria nilai-nilai sebelumnya, sehingga interpretasi hasil bisa dilakukan dengan lebih mudah. Hal itu juga akan membantu memperkecil perbedaan dalam pemikiran tentang hasil-hasil.
Perpustakaan melakukan evaluasi untuk beberapa alasan, seperti:
- Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada
- Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan koleksi berikutnya
- Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi .
  
Berikut ini gambar Komponen-komponen Proses Pengembangan Koleksi:
( Ariyanto,Solihin:2010)
Penjelasan Gambar
l Lingkaran menunjukkan bahwa pengembangan koleksi ibarat lingkaran yang terus-menerus berkelanjutan selama perpustakaan dan pusat informasi eksis.
l Patron Community adalah kelompok orang yang mendapatkan pelayanan perpustakaan. Mereka bukan hanya pengguna aktif tetapi juga pengguna potensial.
l Ukuran panah dari patron community dlm collection development menunjukkan tingkat pemanfaatan pengguna sesuai masing-masing komponen.
Kebijakan pengembangan koleksi suatu perpustakaan yang baik memerlukan proses yang panjang dan berkesinambungan dari tahun ketahun berikutnya, sepanjang perpustakaan melakukan kegiatan dan dana pengembangannya tersedia. Untuk itu  pustakawan dan semua pihak yang terkait harus bekerja keras untuk merealisasikannya. Koleksi yang cukup dan imbang bagi kebutuhan pemakai perpustakaan tidak bisa diciptakan dalam waktu sekejap, tapi harus didukung oleh kegiatan perencanaan yang teratur dan terus menerus.
Perpustakaan tidak boleh  mengabaikan kegiatan perencanaan pengembangan koleksi. Karena  Pada prakteknya pengembangan koleksi perpustakaan merupakan rangkaian kegiatan pengadaan bahan pustaka, baik melalui pembelian, pertukaran maupun melalui hadiah. Semuanya diserahkan kepada para pustakawanan atas dasar hasil arahan, pendapat dan kebijakan pimpinan perpustakaan dan lembaga induknya secara global dengan  pedoman tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga  kebijakan tersebut jelas dan mudah dipahami dan  dapat diinterpretasikan oleh pustakawan dengan baik..
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan koleksi perpustakaan perguruan tinggi, antara lain ukuran koleksi dan perimbangan koleksi itu sendiri. Ukuran koleksi meliputi : kondisi dan kualitas kolesi; kuantitas pemakai; jumlah bidang studi; metode pengajaran; dan jumlah strata pendidikan di perguruan tinggi yang meliputi SO, S1, S2, dan S3 akan memerlukan koleksi perpustakaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi yang hanya melayani satu strata saja.
Disamping ukuran koleksi, perimbangan koleksi juga harus dipertimbangkan. Perimbangan meliputi subjek atau bidang ilmu yang dicakup bahan pustaka di dalam koleksi perpustakaan. Untuk menentukan perimbangannya bisa berdasarkan perbandingan antar jumlah individu kelompok pemakai yang dilayani dan pemakaian koleksi perpustakaan itu sendiri. Jumlah koleksi suatu bidang subjek akan berbanding lurus dengan jumlah individu kelompok pemakai yang dilayani di bidang subjek tersebut

D.  KESIMPULAN
Manajemen Koleksi atau Pengembangan Koleksi sama-sama bertujuan untuk bertujuan membangun koleksi yang kuat demi kepentingan pemakai perpustakaan. Kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama.Manajemen Koleksi merupakan istilah untuk pengembanngan koleksi yang digunakan di era digital.
Dalam menentukan kebijakan pengembangan koleksi diperlukan semua pihak yang berpartisipasi seperti :Komisi Perpustakaan, pustakawan dan para ahli di lingkungan perpustakaan serta lembaga induknya mempunyai tanggung jawab untuk merawatnya secara terus menerus.