Rabu, 02 November 2011

MASYARAKAT INFORMASI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN

I. Pendahuluan
Profesi pustakawan mulai tumbuh pada akhir abad ke 19. Dalam sejarah perkembangannya profesi ini mendapat kritikan tajam dari para sosiolog yang meneliti masalah profesi. Sejumlah sosiolog meragukan pustakawan sebagai profesi. Bahkan ada yang berpendapat bahwa pustakawan tidak akan menjadi profesi penuh.Kini profesi pustakawan telah diakui sebagai profesi penuh. Lebih dari itu, profesi ini telah berkembang dengan pesat seperti profesi lain. Ledakan informasi yang terjadi pertengahan kedua abad ke 20, telah merubah stereotip pustakawan dari "book custodian" menjadi "information Specialist" yang diperlukan oleh setiap bidang kehidupan umat manusia. Akan tetapi, pustakawan masih bersifat pegawai suatu organisasi atau lembaga, belum dapat menjanjikan layanan secara mandiri, seperti dokter, atau pengacara.
Di Indonesia, profesi pustakawan masih sering dilihat sebelah mata oleh sebagian masyarakat kita, bahkan oleh kalangan terpelajar sekalipun. Masyarakat belum banyak memerlukan jasa layanan perpustakaan yang ditawarkan pustakawan. Bahkan ada yang belum mengetahui eksistensi profesi pustakawan.  Tampaknya profesi ini masih sering dianggap lebih rendah dari profesi-profesi lain. Selain masyarakat yang belum mengetahui eksistensi pustakawan, kadang kitapun masih menemukan pustakawan yang enggan atau malu mengakui dirinya sebagai pustakawan.
Menjadi seorang yang profesional bukanlah sesuatu yang mudah. Kita dilahirkan tidak dengan menyandang predikat profesional. Oleh karena itu kita semua ingin sukses dalam berkarier atau bekerja. Kita perlu ketekunan dan terus-menerus bekerja keras untuk dapat berhasil atau sukses dalam bekerja.
Untuk mengembangkan layanan perpustakaan dituntut adanya sikap profesional dari petugas perpustakaan atau pustakawan. Tanpa sikap profesional bagaimanapun modern, lengkap dan canggihnya perpustakaan tersebut akan kurang berarti. Sehingga perlu dikembangkan dengan baik upaya-upaya peningkatan profesionalitas pustakawan dalam rangka peningkatan layanan perpustakaan.
Untuk itu seorang pustakawan harus menguasai informasi. Dengan informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Dan dengan informasi pula orang dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hidupnya. Revolusi industri ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat di bidang Iptek. Dan dengan teknologi manusia menciptakan sarana informasi yang sifatnya elektronis, seperti radio, televisi, film, video, penerbitan, dan teknologi informasi yang lain. Setelah lewat masa perkembangan era industri kemudian berkembang era pasca industri. Era pasca industri inilah yang dikenal dengan era informasi, atau era globlisasi informasi, yang ditandai dengan makin berperannya informasi di hampir semua sektor kehidupan masyarakat.
 Pustakawan harus  sudah mengerti bagaimana cara mengatasi ledakan informasi yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi. Pustakawan
juga harus mampu untuk menjadikan informasi itu mudah untuk diakses, termasuk
di dalamnya, menyediakan tempat akses untuk informasi ini, konsultasi
kebutuhan dan peminjaman material. Yang paling menantang adalah bagian
bagaimana pustakawan mulai memberanikan diri untuk memberikan fasilitas terbuka
untuk mengakses informasi dari informasi mulai yang harus dilanggan dan yang standar.
Sekarang ini banyak orang berbicara tentang globalisasi informasi ataupun ciri-ciri masyarakat informasi, baik dalam bentuk seminar atau diskusi yang membahas masalah ini. Globalisasi ini menunjukan pada pengertian pembauran atau kesamaan dalam hampir segala aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang Iptek, ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
II. Masyarakat Informasi
  1. Pengertian Masyarakat Informasi
Information society atau masyarakat Informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru (new information and communication technologies(ICT's) (http://students.ukdw.ac.id/~22033132/komputer%20masyarakat/contoh.html).
 Secara umum, masyarakat informasi mengacu pada suatu masyarakat dimana produksi, distribusi, dan pengolahan informasi merupakan aktifitas utamanya (Anonimus, 2006). Masyarakat ini menekankan pentingnya peran teknologi informasi dan komunikasi (ICT) serta akses dibawah pengaruh ekonomi, politik, dan lingkungan social (Geldof, 2005).
Dalam masyarakat informasi orang akan mendapatkan keuntungan yang penuh dari teknologi baru dalam segala aspek kehidupan:Di tempat kerja, di rumah dan tempat bermain. Contoh dari ICT's adalah: ATM untuk penarikan tunai dan pelayan perbankan lainnya, telepon genggam(handphone), teletext television, faxes dan pelayan informasi seperti juga internet, e-mail, mailinglist, serta komunitas maya (virtual community) lainnya.
Pengertian lain dari information society atau masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat dimana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama. Jadi dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi adalah inti dari kegiatan.
Teknologi baru ini memiliki implikasi untuk segala aspek dari masyarakat dan ekonomi kita, teknologi mengubah cara kita melakukan bisnis, bagaimana kita belajar, bagaimana kita menggunakan waktu luang kita.
Ini juga berarti tantangan yang penting bagi pemerintah:

·       Hukum kita perlu diperbaharui dalam hal untuk mendukung transaksi elektronik.
·       Masyarakat kita perlu untuk dididik mengenai teknologi yang baru.
·       Bisnis harus online jika mereka ingin menjadi sukses.
·       Pelayanan pemerintah harus tersedia secara elektronik.

  1. Mengapa Masyarakat Informasi sangat penting?
Masyarakat Informasi menghadapkan kita pada tantangan-tantangan baru dan kesempatan perkembangan-perkembangan menuju seluruh area dari masyarakat. Dampak dari teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi sebuah definisi sementara yang kuat, dan ini menstransformasi aktivitas ekonomi dan sosial. Kunci yang penting dari jaringan teknologi dalam masyarakat informasi adalah teknologi membantu kita untuk membuat koneksi-koneksi baru. Koneksi-koneksi dimana tantangan tradisional menerima apa yang mungkin, dan ketika hal tersebut menjadi mungkin.
Contoh dari Masyarakat Informasi
  Mailing List
  Chatting
  Friendster

Mailing List,seperti halnya newsgroup, mailing list atau milis juga merupakan sarana untuk bertukar informasi melalui media intenet. Hanya saja mailing list menggunkan media E-mail untuk melakukan penyampaian informasi. Apabila anda tergabung dalam sebuah mailing list, maka apabila anda mengirimkan sebuah E-mail, maka seluruh peserta mailing list tersebut akan menerima email anda. Untuk berpartisipaasi dalam mailing list ini, anda harus mendaftarkan nama dan E-mail anda terlebih dahulu. Mailing List, sebuah sarana diskusi maupun penyebaran informasi yang saat ini amat banyak didunia maya. Jika kita tergabung dengan sebuah mailing list, kita seakan ikut duduk dalam sebuah forum, apabila ada salah satu yang berbicara maka semua anggota pada forum tersebut dapat memberi komentar dari argumen yang telah dilontarkan. Namun jika kita hanya ingin mendengar saja tanpa ingin memberi komentar balik, itupun tidak menjadi masalah. Bahkan kita bisa pergi kapan saja dari forum tersebut jika kita bosan dengan forum tersebut.
Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang pengguna cukup mengirimkan E-mail ke satu alamat E-mail untuk kemudian di sebarkan ke semua member mailing list yang tergabung / berlangganan ke alamat E-mail tersebut. Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan melalui E-mail ke mailing list tempat berkumpul para hackers, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-dua orang hackers mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi dari masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat (mungkin diperlukan beberapa jam). Mailing list beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita banyangkan bersama apa yang terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti.
Perkembangan masyarakat informasi telah menjadi bagian penting bagi perpustakaan dan pustakawan  di dalam pengembangan jaringan informasi global, dimana pengetahuan berbasis pada inovasi yang menjadi kunci sumber kemajuan dan pengembangan layanan perpustakaan.
Sebagai seorang pustakawan harus bersifat interaktif dan proaktif dalam mengikuti tantangan globalisasi, sebagai seorang yg professional yang memiliki skill yang tinggi , harus memiliki pengetahuan dan informasi dengan menguasai data transmisi dan computer.
Selain itu ICT sebagai sarana pembangunan ekonomi dan sosial, dan memenuhi sasaran pembangunan Information and communication technologies (ICT) adalah penting untuk terwujudnya lingkungan perpustakaan yang  berpengetahuan dan oleh karenanya memainkan peran yang penting dalam mempromosikan perpustakaan.
Inovasi teknologi dapat menyokong secara nyata untuk memberikan akses yang lebih baik kepada perpustakaan, informasi dan pengetahuan, sebagaimana juga menawarkan variasi sarana yang lebih luas dimana masyarakat dapat berkomunikasi, sehingga mendukung promosi pemahaman yang luas dan peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan.

III. Profesional Pustakawan
  1. Pengertian Profesi dan profesionalisme
Menurut Abraham Flexner, seperti yang dikutip oleh Kleingartner (1967), suatu profesi paling tidak harus memenuhi 6 persyaratan, sebagai berikut : (1) profesi itu merupakan pekerjaan intelektual. Maksudnya menggunakan intelegensi yang bebas yang diterapkan pada problem dengan tujuan untuk memahami dan menguasainya. (2) profesi merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari sains. (3) Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu – teori – akademik tetapi dapat diterapkan dan dipraktekkan. (4) Profesi terorganisir secara sistematis. (5) Ada standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolok ukur hasilnya. (6) profesi merupakan pekerjaan altruisme yang berorientasi pada masyarakat yang dilayaninya bukan kepada diri profesional.
Profesi merupakan jenis pekerjaan tetap dan penuh. Artinya profesi merupakan pekerjaan yang layanannya diperlukan oleh masyarakat atau menyelesaikan masalah yang mereka hadapi atau memenuhi kebutuhan mereka secara terus menerus. Tanpa layanan tersebut anggota masyarakat akan terganggu kehidupannya. Orang yang melaksanakan profesinya dengan mengikuti norma dan standar profesi disebut sebagai profesional.

Menurut Zulfikar (Zulfikar:2009) ada 13  ciri profesi yaitu:
1.        Mempunyai bidann pekerjaan tertentu, tidak sama dengan profesi lain
2.        Bersifat pengabdian kepada masyarakat
3.        Membutuhkan persyaratan dasar tertentu
4.        Mempunyai ketrampilan khusus
5.        Mempunyai organisasi profesi
6.        Mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku, diatur dengan kode etik
7.        Mempunyai dewan kehormatan
8.        Memiliki pekerjaan bersifat intelektual, saintifik, dan praktikal
9.        Memiliki standar yang bauku dalam bekerja
10.    Layanan berorientasi pada msyarakat untuk kesejahteraan umum, tidak berorientasi keuntungan
11.    Memiliki dedikasi bagi peningkatan profesi dan mendidik anggotanya
12.    Memiliki hak otonomi dalam bekerja
13.    Memiliki izin atau lisensi dalam berpraktek.

Menurut Abraham Flexner yang dikutip Wirawan (1993) profesi paling tidak harus memenuhi 5 persyaratan sbb:
(1)      Profesi itu merupakan pekerjaan intelektual, maksudnya menggunakan intelegensia yang bebas yang diterapkan pada problem dengan tujuan untuk memahaminyadan menguasainya;
(2)      Profesi merupakan pekerjaan saintifik berdasarkan pengetahuan yang berasal dari sains;
(3)      Profesi merupakan pekerjaan praktikal, artinya bukan melulu teori akademik tetapi dapat diterapkan dan dipraktekkan
(4)      Profesi terorganisasi secara sistematis. Ada standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolok ukur hasilnya;
(5)      Profesi-profesi merupakan pekerjaan altruisme yang berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya bukan kepada diri profesionalisme.

 Sedangkan profesionalisme menunjukkan ide, aliran, isme yang bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada norma-norma, standar dan kode etik serta memberikan layanan terbaik kepada klien.
Dari uraian di atas jelas, bahwa pustakawan adalah sebuah profesi. Dan bagaimana dengan tantangan ke depan?
Mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui tentang profesi pustakawan. Bagi dunia keprofesian mungkin profesi pustakawan merupakan profesi yang tidak menarik, dibandingkan dengan profesi dokter, profesi akuntan, profesi pengacara dan profesi yang lainnya. bahkan seorang pustakawan mungkin kalau menyarankan anaknya untuk nantinya supaya dapat menjadi seorang dokter, arsitek, ataupun yang lainnya karena pustakawannya sendiri menganggap profesi pustakawan merupakan profesi yang tidak prestise.

  1. Pustakawan sebagai profesi
Menghadapi tantangan dan perkembangan teknologi di era global,dan menyatu dalam masyarakat informasi  maka pustakawan harus menghadapi kenyataan tersebut. Supaya berhasil mengatasinya, pustakawan sebagai profesi harus memiliki beberapa ketrampilan, antara lain:
1.     Adaptability.
Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang. Mereka tidak selayaknya mempertahankan paradigma lama yang sudah bergeser nilainya. Pustakawan sebaiknya adaptif memanfaatkan teknologi informasi. Feret dan Marcinek (1999) menyatakan bahwa pustakawan  harus berjalan seirama dengan perubahan teknologi yang terus bergerak maju dan pustakawan harus mampu beradaptasi sebagai pencari dan pemberi informasi dalam bentuk apapun. Pustakawan dalam memberikan informasi tidak lagi bersumber pada buku teks dan jurnal yang ada di rak, tetapi dengan memanfaatkan Internet untuk mendapatkan informasi yang segar bagi penggunanya. Erlendsdottir (1997) menyatakan kita bukan lagi “penjaga” buku. Kita adalah information provider di situasi yang terus berubah dan dimana kebutuhan informasi dilakukan dengan cepat dan efektif. Sekarang misi kita adalah mempromosikan jasa-jasa untuk informasi yang terus membludak. Dan bahkan jika kita tidak berubah, teknologi informasi akan mengubah tugas kita.
2.   People skills (soft skills)
Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunannya. Agar dalam berkomunikasi dapat lebih impresif dengan dasar win-win solution maka perlu people skills yang handal. Menurut Abernathy dkk.(1999) : …perkembangan teknologi akan lebih pervasive tetapi kemampuan tentang komputer saja tidaklah cukup untuk mencapai sukses. Karena itu membutuhkan people skills yang kuat yaitu :
a.      pemecahan masalah (kreatifitas, pencair konflik)
b.      Etika (diplomasi, jujur, profesional)
c.      Terbuka (fleksibel, terbuka untuk wawasan bisnis, berpikir positif)
d.      “Perayu” (ketrampilan komunikasi dan mendengarkan atentif)
e.      Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai kemampuan   memotivasi)
 f.    Berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan). Hal ini didukung oleh Feret dan Marcinek (1999), yang mengatakan bahwa pustakawan masa depan harus sudah siap untuk mengikuti pembelajaran seumur hidup. Hal ini penting agar pustakawan mudah beradaptasi.
People skills ini dapat dikembangkan dengan membaca, mendengarkan kaset-kaset positif, berkenalan dengan orang positif, bergabung dengan organisasi positif lain dan kemudian diaplikasikan dalam aktivitasnya sehari-hari.
3.   Berpikir positif
Didalam otak kita terdapat mesin “yes” . Ketika kita dihadapkan sesuatu pekerjaan yang cukup besar, maka umumnya kita berkata : Wah….. tidak mungkin; aduh….. sulit, dsb. Maka apa yang kita laksanakan juga tidak mungkin terjadi . Pesimistis . Dan pesimistis bukan sifat pemenang tapi pecundang. Pustakawan diharapkan menjadi orang di atas rata-rata. Sebagai pemenang yang selalu berpikiran positif, sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan besar seharusnya berkata “yes” kami bisa. Remember, you are what you think, you feel what you want. Orang Jawa berkata mandi ucape dewe
4.   Personal Added Value
Pustakawan tidak lagi lihai dalam mengatalog, mengindeks, mengadakan bahan pustaka dan pekerjaan rutin lainnya, tetapi di era global ini pustakawan harus mempunyai nilai tambahnya. Misalnya piawai sebagai navigator unggul. Dengan nilai tambah, yang berkembang dari pengalaman , training dsb, pustakawan dapat mencarikan informasi di Internet serinci mungkin. Hal ini sudah barang tentu akan memuaskan pengguna perpustakaan. Kepuasan pengguna itu sangat mahal  bagi dirinya maupun bagi perpustakaan dimana ia bekerja.
5.   Berwawasan Enterpreneurship
Sudah waktunya bagi pustakawan untuk berpikir kewirausahaan. Informasi adalah kekuatan. Informasi adalah mahal, maka seyogyanya pustakawan harus sudah mulai berwawasan enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya nanti dapat bertahan. Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara perlahan harus menjadi income generation unit. Memang sudah ada pustakawan yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya. Paradigma lama bahwa Perpustakaan hanya pemberi jasa yang notabene tidak ada uang harus segera ditinggalkan.
6.   Team Work - Sinergi
Di dalam era global yang ditandai dengan ampuhnya Internet dan membludaknya informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja sendiri. Mereka harus membentuk team kerja untuk bekerjasama mengelola informasi. Choo yang dikutip Astroza dan Sequeira (2000) mengatakan bahwa perubahan teknologi menawarkan kesempatan unik untuk bekerjasama lintas disiplin dengan profesional lainnya :
-       pakar komputer yang bertanggung jawab pada pusat komputer
-       pakar teknologi yang bertanggung jawab pada infrastruktur teknologi,   jaringan dan aplikasi
-       pakar informasi (pustakawan) yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisasi pengetahuan dalam sistem dan struktur yang memfalisitasi penggunaan sumber informasi dan pengetahuan.
Diharapkan dengan team work, tekanan di era industri informasi dapat dipecahkan. Menurut Astroza dan Sequeira (2000) perubahan teknologi dan perkembangan industri informasi berdampak luas pada profesional informasi : pustakawan, arsiparis, penerbit. Profesi ini menghadapi 2 tekanan komplementer, yaitu :
1.   Perkembangan jumlah informasi dan tersedianya teknologi baru, memungkinkan untuk akses dan memproses informasi lebih besar dari lima tahun yang lalu.
2.   Harapan pengguna yang terus meningkat dapat menciptakan kebutuhan jasa informasi yang kualitasnya lebih canggih (http://imamblora.wordpress.com/2008/04/11/berita-untuk-pustakawan)

IV. Masyarakat Informasi dan Profesionalisme Pustakawan
Masyarakat informasi dikenali sebagai suatu masyarakat yang kompleks dan saling terhubung dengan baik: segalanya terlihat saling terhubung dengan sesuatu yang lain. Hal ini dicirikan dengan besarnya peningkatan dalam ketersediaan informasi, pemanfaatan waktu maupun ruang, dan meningkatnya kekacauan dan ketidakpastian,lalu bagaimana dengan profesonalisme pustakawan, hal ini merupakan tantangan bagi pustakawan untuk meningkatkan profesionalisme dalam mengatasi ledakan arus informasi global. Pustakawan harus bisa memfilter informasi mana yang sesuai dan layak untuk disajikan kepada masyarakat pengguna perpustakaan.
 Pustakawan sebagai  seorang yang  berbaur dalam masyarakat informasi ,harus berupaya meningkatkan aspek profesionalisme dengan cara memberikan pelayanan seoptimal mungkin, dengan meningkatkan citra dirinya sebagai pustakawan dan harus berani mengubah pola perilaku di dalam memberikan pelayanan di bidang keahliannya.
Synder(1972) merekomendasikan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh pustakawan sebagai usaha pengembangan diri :
a.        Involvement in professional organizations
b.       Familiarity with current library literature
c.        Publication
d.       Part-time teaching in a library school
e.        Research
f.        Continuing education
g.       Bi-annual self assesment
Aktivitas-aktivitas tersebut diatas pada intinya ditujukan untuk peningkatan diri yang merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan sebagai usaha memperluas wawasan baik pengetahuan, kemampuan maupun keahlian. Selain itu juga mendapatkan adanya kedewasaan psikologis yaitu kesiapan mental dalam menjalankan tugas. Melalui saling bertukar pengetahuan dan pengalaman antar sesama anggota atau dengan pakar-pakar pada bidang kajian tertentu melalui acara-acara yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut, baik non-formal maupun formal seperti seminar, lokakarya, dll.
Profesioanalisme Pustakawan yang didukung oleh industri informasi harus  sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan pemakai,yang tercermin dalam pelayanan perpustakaan yang cepat, tepat dan akurat.
V. Penutup
Menjadi  masyarakat informasi  telah menantang profesionalisme pustakawan. Tantangan tersebut bukanlah hal yang menakutkan, tetapi justru menjadi peluang emas bagi pustakawan untuk bergerak maju.Sebuah tantangan yang penting bagi pustakawan adalah meningkatkan pengetahuan dengan memanfaatkan Teknologi informasi dan mengaplikasikannya pada perpustakaan untuk meningkatkan pelayanan perpustakaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar